Sunday, February 22, 2009

Pesantren Afkar

Afkâr; Ganti Formasi dan Rapar Redaksi

Majalah Afkâr, selasa (20/02) menunjukkan ‘taring’-nya dengan mengadakan pesantren Afkâr dan Rapat Redaksiaonal di Sekretariat NU, Bawabah II Nars City, Cairo, Egypt.

Acara turut hadir senior Afkâr: Mikdam Makfi, Lutfi Anshori dan, juga spesial ikut hadir Ahmad Ginandjar Sya’ban (mas Atjeng), yang nota bene kontributor resmi beberapa Media Di Indonesia untuk kawasan Mesir dan sekitarnya. Di samping begitu antusias Afkarian —sebutan Khas untuk staf Redaksi Afkâr— hadir, dan begitu ‘jitu’ memberikan ide, Tanya-jawab dan ‘turut aktif’ ketika mencipta suatu keputusan.

Sesuai rencana, kumpul ini kali membahas beberapa agenda Afkâr ke depan. Di mulai dari Pesantren afkâr yang membahas berkait tentang ‘ganti formasi’ diskusi. Sedang, dead line terbit dan Tema yang akan diangkat untuk edisi ke depan (red; edisi 53) menjadi bahasan utama kala rapat redaksi.

Pesantren Afkâr ber-ganti ‘Formasi’ diskusi dari pola diskusi tematik menjadi model bedah buku dengan menggunakan sistem kelas. Di dukung pula standart yang jelas guna meraih hasil diskusi yang lebih kualitatif, di samping standart yang dicanangkan lebih bisa dievaluasi setelah kajian usai. Pengambilan keputusan penting ini tak lain tak bukan: respon positif akan apa yang telah diwacanakan oleh ketua tanfidziyah ketika rapat pengurus beberapa waktu lalu. Itu yang menjadi spriti awal. Setelah rapat, para ‘penjaga gawang’ Afkâr rapat intern beberapa hari dan akhirnya mencapai titik klimaks, keputusan akhirnya pun sesuai yang disebutkan: dari diskusi tematik, ke bedah buku dengan model sistem kelas. Harapan ke depan rekan-rekan afkâr punya modal lebih seimbang-kuat dan bisa memanfaatkan dengan maksimal segala metode-fasilitas yang telah ada, dan ‘keluar’ bisa mengembangkan secara lebih luas-mendalam.

Usai pensatren Afkâr, rekan Khozin, pimred Afkâr 2008-2009 langsung memimpin rapat redaksional setelah afkârian shalat Maghrib berjama’ah. Dalam rapat pimred menjelaskan kapan afkâr terbit dan judul tema penerbitan ke depan: edisi 53. “insya Allah tanggal besok(21/02) cover sudah bisa masuk percetakan, dan kita, maksimal, tanggal 25 bisa terbit”, papar Pimred. Sedang untuk judul ke depan, masih papar khozin, setelah debat alot sesama afkârian—karena afkâr selalu mengedepankan azas: Egaliter, inklusif, terbuka dan ‘komunikasi dua arah’— kita bersepakat untuk mengangkat tema: Turats Muktazilah. Pengambilan tema ini, masih ungkap Pimred, diharapkan bisa menciptakan stereo type baru, khususnya kalangan Nahdliyin: lebih sumeh terhadap lain pihak, di samping memang percikan kebenaran itu selalu disetiap lorong udara, alias di mana aja. Di samping kita juga ingin mengapresiasi peradaban mereka (red; Mu’tazilah) secara lebih objektif-mendalam-luas, yang akhirnya sebagai warga Nahdliyin tidak ‘najis’ apalagi dilarang: ketika membaca karya-karya dari orang Muktazilah. Ini penting, karena stereo type yang berkembang seolah bagai “Air dan Minyak” padahal bukan seperti itu harusnya. Ungkap pimred dengan lugas ketika dimintai keterangan.

Usai penentuan tema kemudian dilanjut menentukan para penulisnya. Dari mulai diskursus sampai Hawamys. Islamologi diamanahkan kepada Lakpesdam sedang untuk ke-indonesiaan rencananya meminta dari Indonesia: Muhammad Al Fayyad. Setelah usai me- list para penulis, baik dari Afkar maupun rekan Luar, kemudian dilanjut penutup. Acara ditutup oleh rekan Ronny dengan membaca Ummu Al-Kitab dan seraya berucap: Alhamdulillah Robb al-‘Âlamîn.


No comments: