Thursday, February 19, 2009

PCINU dan Partai Politik; Refleksi dari Milis NU Mesir

Sedikit Bertanya-Berwacana;
NU dan Partai Politik (Khususnya “Anak Kandung”)


Melihat gelagat-geliat milis yang ramai nun dekat di Nu mesir ini, tak bisa dilupakan dan perlu untuk disebar-luaskan bahwa ini jasa rekan Irwan. Habib Irwan al Yamani. Juga didukung penuh oleh pak Muchlason, Lc, ketua Tanfidziyah. Di mana Milis Ini di los dengan catatan Regrestasi dan memberikan nuansa terbuka demokratis sehingga para milister bisa saling tukar ide, sharing informasi dengan tetap berpatok sopan santun, etika diskusi yang elegan. Istilan Habib Irwan: tolong menolong dalam hal baik, dan saling mengingatkan sesama milister ketika ada yang ganjil tercipta. Sehingga suasana kondusif progresif tercipta. Ini sesuai keputusan Forum rapat kemarin. Terima kasih rekan Irwan, terima kasih banyak Habib.

Corak diskusi beberapa hari ini, yang menarik menurut saya, tentang bayan Syiyasi PCINU Mesir. Tersurat-tersirat dengan keluarnya Surat “sakti” itu kemilau NU kiat mengudara. Sikap netral-jelas dari NU bersinar dan, dengan bukti ketokan Palu sebagai tanda sahnya keputusan itu.

Secara garis besar isi surat “sakti”: PCINU/ NU secara organisatoris tidak mendekat pada salah satu partai POlitik apapun. Meski ‘anak Kandung’. Dan memberikan setiap warga NU untuk memberikan hak Politiknya sesuai kehendaknya sendiri. Tanpa ada paksaan, dorongan dan Imbauan untuk condong-dekat dengan salah satu partai manapun. Harus sesuai hati Nurani. Bukan kepentingan pragmatis sesaat. Maka Untuk partai anak kandung wajar kalau merasa “Ditampar-dikebiri” karena dia seolah tidak mendapat legitimasi untuk merayu NU secara Struktural lagi. Kalau ingin suara banyak dari warga NU ya silakan Paham-dekatkan partai anda ke warga. Dan ini menjadi problem besar dari partai: baik dari segi logistik, teknis, spekulasi dan bebarapa hal kecil lainnya yang tentu ini tidak sedikit memakan materi-duwit. Tentu. Lebih banyak, minimal, tinimbang -99 kemarin.

Lain waktu, lain tempat. Waktu 99, 2004, sampai 2009 tentu bukan waktu sebentar. Jatuh bangun, naik turun partai telah terlalui. Tak jarang pula kader partai yang ‘lompat’ pagar. Lari dari partai PKB ke PPP. Dari ka’bah ke PKNU. PKB Gus Dur ke PKNU juga tidak sedikit. Itu untuk “anak Kandung”. Lebih-lebih ke tetangga. PDI Perjuangan Oneng(Rieke Diyah Pitaloka, kader terbaik PKB) sebagai Per-misalan. Dan juga pinggiran PKB pun koalisi LOkal. Begitu Juga tempat, Mesir yang nota bene dihuni 5000 lebih mahasiswa, ternyata, tentu menjadi sasaran Bidik para Elit Politik. Selain suara, barangkali, Image juga bermain di sana. Mahasiswa Al aZhar.

Tapi, ketika kita bertanya sejenak: arifkah kita meng-ha-ki-mi partai sesuai Aliran, Kedekatan Emosional, apalagi digiring untuk mencontreng salah satu partai. Arif-bijaksana-ber-etika-kah rekan-rekan? Baikkah untuk pendidikan POlitik kita? Kita sebagai Mahasiswa? Lebih-lebih dikunci-dihadapkan hanya pada partai Anak kandung-tapi sempalan. Sungguh tidak arif.

Kemudian, di milis Ini, juga berkecamuk beberapa problema. Meski sebenarnya masih dalam lingkup Partai Anak kandung:PKB-PKNU. PKb yang Nota bene senior di sini(masisir), setidaknya, punya strategi tersendiri untuk meraup suara NU khususnya MAsisir. Tak ketinggalan PKNU, apalagi, setelah Daulat PROF. DR. ALWI Syihab yang melantik langsung. Tak ayal menjadikan sebagian manusia silau akan hal itu. Hampit tak bisa melihat warna apa yang mendekat. Huwa-huwa. Sama-sama hijaunya. Alhamdulillah sudah clear: PKNU Partai baru yang akan ikut pemilu 2009 lahir ber-azas Alhlusunnah wal jama’ah, dan NU(PCINU Mesir) salah lembaga Ormas Istimewa Luar NEgeri PBNU di Indonesia. Meski sama Hijaunya tapi beda alam Aplikasi perjuangan. Alhamdulillah. Semoga kebingungan tidak terjadi lagi kepada warga NU. Semoga(?)

Yang belum terdengar PKB. Info sementara yang beredar, katanya, malah banyak-sebagian kader PKB yang ‘mlumpat’ ke Pknu—semoga tidak ke-cantol dan selamat kala tiba di tanah. Menarik. Sahkah? Secara hak itu sah-sah saja, tapi ketika kita telisik dari ideologi, azas partai sangat terlihat kepentingan sesaat-pragmatis. Misal, kalau benar, PKB ber azas Pancasila. PKNU ahlu Sunnah wal jama’ah. Bagaimana menemukan TITIk temu, antara keduanya. Tentu sekilas terlihat PKNU lebih Eksklusif dibanding induknya(PKB). Sedang untuk kader, ada juga yang ber-argument bahwa PKB sudah tidak berpihak pada NU. Katanya? Tapi, pkb di sini tak menunjukkan taringnya sampai sekarang, minimal, tulisan ini saya buat.

Kalau pun boleh, apa relevansi PKNU yang ber-azas ahlu sunnah wal jama’ah dengan solusi Problem KE Indonesia-an. Yang ibarat Perahu itu tinggal kelem-nya saja. Azas ini mencerminkan PSikis rakyat guna meraup suara sebanyak-banyak saja, atau menjadi jalan untuk menyelesaikan segala problema yang ada. Juga berikan contah. Semisal, bahan tambang(BUMN), Global Warming, krisis Finansial, dan bejibun Problem yang kiranya dinisbatkan pada seseorang tak ayal jika dia akan BUNuh diri. Bagaimana wajah KOnkrit ketika menggunakan Ideologi itu guna menyelesaikan problema yang ada?

Selanjutnya, terkait berkelit kelindan dengan paham Ahlu Sunnah itu sendiri. Berwajah seperti apakah Paham itu kala menjadi Partai. Tentu ini sangat berbeda secara ‘ayu’-nya dengan NU. Bukan karena apa, dari casing nya saja sudah beda: PKNU partai, sedang NU Ormas. Ahlusunnah Post-Modern seprti Apakah: kembali ke masa lalu, atau akulturasi masa lampau dengan era ke kini-an.

Sebelum-sesudahnya, tulisan ini bukan meng-kerdil-kan PKNU atau partai
”Anak kandung”. Dan tentu, bukan berarti pula Partai lama di sini( MAsisir) dengan serta-merta dia menjadi Partai Masisir. Wajar jika ada yang menganggap itu claim. Apalagi berkait dengan musa’adah. Tapi setidak-seyogya-nya dengan adanya dialog: baik berupa tulisan, milis, dan beberapa argument penting dari temen-temen jadikita saling tahu-mengetahui satu sama lain. Jelas mana anggota partai, mana yang masih “perjaka-perawan” dalam partai Politik. Ingat “partai politik”-bukan Politik. Dan saya pun sepakat perubahan positif dalam structural pemerintahan, untuk saat ini, melalui lembaga Negara yang lebih nyata. Salah satunya melalui Pemilu. Dan bagi semua warga selayaknya menggunakan Hak-nya sesuai dengan Hati NURANI. Bukan ‘Komando’, apalagi aliran. Dengan cara nyata, kita menjadi Pemilih Aktif, atau dengan Gol-put Aktif. Bukankah begitu rekan-rekan?


No comments: