Monday, February 23, 2009

Investigasi Bom di (Sekitar) Masjid Husein


Bom Di(Sekitar) Husein, Dari Tilp sampai Tahanan;
Seklumit Investigasi Premature

Ketika aku naik Bis ABC Hijau ( sejenis bis Kecil di Mesir) menuju Babu Sya’riyyah dari Darmadhas, rekan saya, Rouf mendapat tilp dari Bibot, salah satu anggota LMINU, dimintai data berkait tentang berita hangat. Saya bertanya:”ada apa Ouf?” Tanya saya, masjid Husein di Bom. Dan saya diminta data dan, kalau bisa, sekalian meliput beritanya. Ungkap dia sambil lesu, juga hampir tak percaya. ‘ masak sih’(?)

Sampai ‘Babu Sya’riyyah’ bergegas, saya dan rekan saya, Rouf, berjalan dengan durasi cepat sambil mencari Televisi di samping saya bertanya kepada setiap warga yang ditemui dengan penuh harap mendapat info valid dan meyakinkan: apakah masjid Husein di Bom? Bukan masjid yang di bom, tapi di depan café dan, hampir, polisi juga menjadi korban ketika bom susulan meledak, ungkap serentak warga di café sambil melihat Jazeerah.

I

Bergegas jalan menuju rumah Rouf untuk menaruh tas dan beberapa Buku yang dipinjam dari rumah Mas Yunus—senior Sasc, anggota Mîzan study Club. Ternyata, di rumah bertemu dengan Turmudzi yang lagi asyik bercerita dengan rekan-rekan rumah. Usut demi usut, dia pun hampir menjadi Korban. Alhamdulillah dia selamat: karena ketika Bom meledak di saat berjalan jarak 10 m dari tempat kejadian. Sambil wajah me-merah, dan selimut tebal merah warna-warni melilit di tubuhnya, dia melanjutkan ceritanya sampai selesai.”côk-jancok-Asuuu…!!!—ungkapan kesal-syukur khas jawa, alhamdulillah Gusti Allah isik sayang karo aku”. Ungkap dia ke rekan-rekan.

Setelah mendengar tuntas-selesai ceritanya, kami dan Rouf bergegas menuju tempat kejadian. Jangan lupa bawa tanda pengenal, karneh ( tanda pengenal mahasiswa Al Azhar) atau Paspor, kelakar Turmudzi pada kami. Dan hati-hati. Jaga mata dan sikap ketika ke-di-sana.

Bener saja, baru berjalan sampai di dekat Rumah hampir setiap Pojok jalan dan tikungan ada polisi. Minimal-Rata-rata tiga orang (polisi) setiap tikungan. Mulai syari’ Gamaliyyah, berjajar sampai tempat kejadian. Sepuluh meter sebelum tempat kejadian kami diperiksa dan di Tanya, sekitar lima menit. Mulai dari asal—baik tempat tinggal maupun Negara Asal, tinggal di mana (dari mana) dan sekaligus, sesuai dengan saran Turmudzi, diminta menunjukkan tanda pengenal. Lancar. Tidak ada masalah. Dan nyampai sana(tempat kejadian) tinggal dua lapis baris Polisi, beserta ‘Bedil’ siap tembak dan pentungan di tangan dan saku-pinggang-nya..

Berkat bantuan warga setempat dan kemurahan hati pihak kepolisian saya bisa masuk melewati lapis barisan depan. Kami bergabung berdiri dengan banyak reporter-wartawan; baik negeri maupun Mancanegara. Terlihat, ada juga yang wartawan dari Eropa dan China Untuk luar Mesir. Tepat pukul 20.00 Waktu Kairo kami sampai di tempat kejadian. Dua ambulans terakhir sempat terlihat; mungkin, membawa korban cidera yang di bawa ke Musytasyfa Husein. Dan dari arah berlawanan ada Mobil-mobil putih, yang ungkap warga, itu mengangkut turis menuju Hotel mereka: sekitar 7 mobil. Di samping di tengah tempat kejadian ada dua mobil (kepolisian) yang tersisa.

Tak lama kemudian saya dan Rouf berkenalan dengan Sarah dan Ibunya. Mereka bekerja di Dekat Husein jarak 10 m dari tempat kejadian, juga bertempat tinggal di Husein.Sesuai keterangan dia dan diamini banyak warga, Bom meledak pukul 18.30 Waktu Kairo. Tepat abla Isya’. Sebelum Isya’. Warga juga menyesalkan sekaligus mengutuk kejadian ini. Pernyataan ini dikuatkan Syech DR Muhammad, beliau adalah salah Imam Masjid dan petinggi Di masjid Husein. Beliau juga menambahkan, “Ini adalah persoalan Besar. Baik bagi Negara(Mesir), Agama(muslim) dan, apalagi jika dikaitkan dengan persoalan politik”. Apa ada sangkut-pautnya dengan Palestina? “Hanya Tadi yang bisa saya (Syech Dr. Muhammad) berikan, selebihnya tidak tahu”, ungkap beliau sambil menutup pintu Masjid. Ketika saya dan beberapa Wartawan Ingin masuk, la’ah. Jangan, bukanya tidak memperbolehkan tapi sesuai Ro`îsyul Bilâd tak diperkenankan masuk masjid selain pengurus Masjid. Pengemis ini pun tidak—karena ada satu pengemis yang sedang menangis di pojok karena trauma tapi tidak ada satu warga pun yang peduli.

Tidak berselang lama, ada dua mobil datang. Satu mobil polisi dan meyerupai Ambulans satu-nya. Seketika para wartawan pun menghampiri. Tapi mereka hanya gigit jari. Dan di dalam mobil pun siapa tidak ada satu pun yang tahu. Anehnya, ini juga diikuti penurunan, beberapa Kamera: satu kamera Shoucting di samping Timur Masjid, di atas Hotel, dan satunya lagi di atas lorong bawah Tanah menuju Universitas Al Azhar. Sontak sepontan, para wartawan pun nyemprot-protes. “Ada apa ini (?), kami ingin memberitakan secara terbuka. Kami ingin memperlihatkan Mesir Bukan Negara ‘Teroris-Radikal’. Ini tidak akan menyurutkan pemberitaan ‘kami’”, teriak para wartawan—baik laki-laki maupun perempuan— sambil beberapa ada yang lari untuk menyelamatkan jepretan Foto dan, barangkali, kaset Video. Dalam hati aku menggumam, Dan aku pun baru membuktikan: memang Mesir masih belum terbuka Untuk pers. Untuk Koran-media dan pemberitaan pun tak sembarangan.

Dari tengah-di-ke-depan taman, datang anjing Ri tin-tin sebanyak lima ekor. Tiga menuju saya, berputar-putar dan sambil serius menciumi tanah disekitar TKP, tepat 15 meter di depan café-taman, beserta alat pendeteksi Bom. Dan dua menuju depan Masjid Husein. Ternyata, anjing bertugas mencari bekas Bom dan, Mungkin juga, jejak sang empunya Bom Di depan Husein, keduanya pun sepakat berputar-putar di depan samping timur masjid: Barangkali, mungkin lebih dikarenakan ada bekas Darah yang ber-cecer, dan sedikit juga bekas-bekas Bom—meski berbentuk hampir debu. Beberapa ahli Bom beserta 5 bungkus Plastik,di dalamnya ada bekas-bekas Bom, beserta tangan berbungkus dengan cepat-sigap mencari dan mendeteksi.

Benar saja, ia (Anjing dan, beserta bantuan alat pendeteksi) menemukan Beberapa pecahan besi dan dua berkas kain hitam berbentuk seperti tas. Dari situ, juga kebersepakatan komentar dari banyak warga setempat, bahwa kuat dugaan Bom berada di tas Hitam. Ditaruh di depan café: samping kanan Café Ahwah Zahrô`, dan beberapa Café lainnya: Abu Hamzah, Abu Mâzân, layaly el Husein Since 1919. sampai café al Mâlikîy. Itu bom yang pertama. Sedang bom lanjutan, masih simpang siyur. Ada yang bilang: bom dilempar dari Atas Hotel; dua puluh menit setelah bom meledak dan bejibun polisi datang.

Kapasitas Bom masih tergolong kecil: efek ledakan hanya sekitar radius 5-10 meter. Sedang getarannya 30-50 meter dan suaranya mencapai radiasi 150-200 meter. Tapi untuk pantulan benda yang terkena bom bisa mencapai depan taman, alias 7 meter. Bukti konrkrit ada bekas kursi yang hancur sampai depan taman. Untuk kualitas Bom, setidaknya, membelah kursi yang terbuat dari beton di depan taman menjadi tiga. Dan beberapa percikan bebatuan bekas kursi yang hancur. Tapi anehnya, rak tempat coca cola, pespsi, fanta dan shof drink’s lainnya, di samping kanan bom, di depan café Ahwah Zahro, tidak pecah. Bahkan masih gagah berdiri utuh. Aneh…barangkali(?) tapi yang pasti, satu café Porak-poranda. Depan-tengah-belakang kena semua.

Dengan ‘mental nekad’ aku please Call me Pinum Afkar demisioner, miqdam makfi (koordinator LMINU 2008-2010), Mami Maria El Fauzi dan beberapa rekan lainnya: yang rumahnya deket TKP guna meminjam Camera, meski sudah melihat tidak diperkenankan. Tidak berhasil. Semua bilang tidak punya. Makfi bilang, Camera NU tidak di NU: dibawa mas Atjeng dan Muhib ke Robewa. Makfi Tilp mang Inu, dia Tidak di Buuts. Syaekhu tidak diangkat. Mami Maria tidak punya Camera, begitu juga rekan lainnya. Sambil pulang ke rumah Rouf, kami masih berusaha mencari pinjaman Camera. Dengan segala cara; akhirnya, tidak dapat juga.

II

Sampai di rumah, sambil menyeruput say hangat, aku bertanya: ‘ ada yang punya Camera Digital? Wah nggak Punya e. Kalo HP ada Turmudzi. Tanpa peduli aku ambil nasi, karena lapar, kembali ke kamar. Berseloroh: wah bisa-kan Hp ne tak bawa untuk mendokomentasikan kejadian ini? Wah iso-iso, bawa aja, sahut Turmudzi. Jangan Lupa sambil jepret rumah sakit dan korbannya. Seep, entar dulu. Aku istirahat bentar, sambil melihat jam tangan: masih pukul 10.30 Waktu Kairo. ngluruske sikil(meluruskan kaki) saut aku diiringi makan.

Setelah istirahat 20 menit, saya pamitan pergi lagi sambil membawa Hp Turmudzi. Saya pergi dengan Subhan Azhari( aktivis Muda Lakpesdam). Jalan sampai Husein, langsung-sontak kami Mem-foto bekas-bekas kejadian. Bukti konkrit kejadian. Tapi Subhan, setelah minta Foto sekali dia bergegas Pulang: karena ternyata lupa tidak bawa tanda pengenal. Baik Paspor dan Karneh.

Mulai dari bercak Darah di depan Husein. Masjid Husein yang tutup dari tadi setelah BOM meledak. Kerumunan warga yang menyaksikan penyelidikan. Polisi yang berbaris. Café-café pun tak luput dari jepretan Hp yang aku bawa. Lokasi yang di Bom. Bekas kursi yang patah. Kantor tugas Polisi sampai Mobil Ambulans dan beberapa Mobil polisi. Sampai ketika seorang berkumis hitam-tebal mendatangi aku. Mendekat-membekap aku dan membawa saya ke ruang tugas. Sambil menyita HP Turmudzi yang aku bawa, kemudian dia mematikan Lampu ruangan. Sontak seketika tubuh aku bergetar-grogi. Sambil was-was. Lebih takut lagi kalau HP itu di pecah-banting ke lantai. Itukan bukan HP saya.

Ijlis friends, fadlolû!!!( silakan duduk rekan). Kata itu yang pertama kali terdengar di ruangan. Sambil dia menawarkan syai (Teh) ke saya. Sudah ada satu anggota juga bersiaga di ruang tugas. Wah aku sadar, tertangkaplah aku. Nekad, eh.., ketangkep juga. Senyum-kecut-ku dalam hati.Where are you from? Mênêin Enta? (dari mana kamu). Tanpa banyak ‘bacot’ aku pun langsung menunjukkan karneh aku. Meski masih ‘dihujani’ bejibun pertanyaan, tapi memang Al Azhari ‘sakti’. Volume-model Tanya berbalik 180 derajat. Dari kasar menjadi kalem. Hp pun diberikan langsung. Tapi, aku disuruh, dengan kontrol polisi itu, men-delete semua foto dan, sambil menge-check rekaman di dalam HP. Dengan bosan aku tetap meladeni bejibun introgasi yang kurng bermutu, sekaligus mutar-muter di situ mulu. Tak ketinggalan tas hitam saya digeledah. Setelah 45 menit lebih 15 menit, aku baru diperkenankan pergi.

Tak mau ketinggalan moment, saya pun Tanya, bisa minta foto berdua (saya dengan kolonel); aiwa-boleh. Kami foto, dengan ‘jepretan’ rekan satunya. Selesai foto: bagaimana keadaan sekarang. Aman. Sesuai kendali, jawab polisi yang baru saya kenal itu, Kolonel Mahmud namanya. Bintang dua. Di Tanya berkait bom:” Bom dua kali meledak, pertama, tepat di depan café, 20 menit selanjutnya: setelah kami datang, meledak lagi. 5 meter di depan tempat awal. Sedang untuk korban, masih menurut Kolonel yang juga di amini banyak warga, hingga berita ini tercatat 22 korban. 4 orang meninggal— satu meninggal di tempat. 2 orang meninggal warga arab dan 2 lainnya Eropa dan 18 lainnya cidera. Korban cidera: 11 dari Francis, 4 kewarganegaraan Spayol dan lainnya Arab. Kuat dugaan 3 pribumi dan satu sisanya Arab Saudi.

Sambil agak kesal; aku pun kembali ke tempat tugas polisi, sembari bertanya: kenapa lainnya tidak di tangkap sekaligus di-delete fotonya? Sembari senyum, tenang itu sudah menjadi peraturan. Tidak akan tersisa mereka yang membawa kamera dan Hp. Sudah ada yang bertugas untuk meringkus, jawab Kolonel sambil senyum-kecut. Hari ini mamnu’, silakan foto tomorrow. Diberondong Tanya lagi, sampai Nomor Hp-nya, dia dia saja sembari bilang: I am Very-very Busy, please tomorrow.

Aku keluar ruangan; menuju Musytasyfa Husein. Masih ingin Info lebih. Sontak ketika saya ingin masuk, dengan sedikit Bohong: menjenguk Rekan yang sedang sakit di dalam. Dan beberapa lobi, tidak diperbolehkan. “silakan datang besok pukul 09.00 pagi waktu kairo. Rumah sakit baru Buka, sekarang tutup; meski banyak pasien yang dirawat di sana. Meski aku juga menunujukkan kerneh, mereka pun tak percaya.

Di sekitar tempat parker, bergerombol beberapa Orang pribumi. Dua group. Setelah aku datangi dan Tanya, ternyata mereka dari media Ahrom dan al Misriy al Yaoum, katanya. Meski aku pun tak percaya. Saling tukar info pun terjadi. Hasilnya sama. Tidak jauh beda: baik dari korban, kejadian dan juga di sitanya foto-foto dan, beberapa rekaman Video. Beserta tiga bule yang berjarak 2 meter.

Berasa tak dapat info tambahan aku pun ber-sepakat kembali ke Husein. Kaget seketika sampai sana, tidak ada satu pun kameramen, atau hp men-jepret TKP. Benar Kolonel tadi. Entah ke mana mereka(?) penjagaan pun diperketat. Lingkaran barisan Polisi, yang semula, deameter 50 meter, sekarang bertambah menjadi deameter 70-100 meter kurang lebihnya. Hampir saja aku tak bisa pulang ke rumah Rouf; karena jalan telah ditutup. Berkat kolonel tadi, aku bisa menerobos. Baik sekali dia; syukurlah. “Silakan kembali saja ke rumah, tidak ada gunanya mencari perkembangan sekarang”, ungkap kolonel sambil menggandeng saya menerobos pulang. Akhirnya aku pun pulang dengan tidak mendapat info berarti, tapi pengalaman luar biasa menghinggapi. Sampai rumah kurang lebh pukul 02.00 dini hari. Sambil bercerita, apa yang telah aku jalani.ke sana kemari, canda tawa dan ejekan pun tiba. Tak terasa aku pun bangun pukul 08.00 waktu kairo. Tidak tanpa berucap do’a dan tak terasa kalau aku sudah tidur. Sungguh.

No comments: