Friday, August 14, 2009

Friksi Pemiluwa PPMI Mesir


Aku (Ikut) Bersua;
Friksi (di Waktu) Rekap Suara Pilpres PPMI Mesir
I

Semalem, sekitar Pukul 21.00 waktu kairo, saya (Ronny El Zahro) dengan “dua temen cewek”yang dari Ghamra kemudian menuju Wisma Nusantara; setelah mengantar dua temen cewek itu ke tempat tujuan mereka, satu turun di Sabi’ dan, satunya lagi, di salah satu Sekretariat kekeluargaan.



Sampai di Wisma sekitar pukul 23.00 waktu Kairo sampai di Wisma Nusantara. Bertemu-sapa dengan para rekan, baik yang aku kenal, pernah ‘lihat wajah’ sampai “tak kenal sama sekali”—apalagi melihat, sungguh. Kawan Nadief S—pembedah buku novel Arif Riyadi, di aula Griya jawa tengah—, rekan pertama yang aku salami, jabat tangan, semerta aku bertanya kepada Mas Nadief: Bagaimana jalannya penghitungan “Suara”?(karena, sependek pengetahuan- ingatan aku, harusnya sudah dimulai). Wah belum dimulai. Nih masih sepi, tak tahu kenapa, begitu dia menjawab.



Sesaat kemudian, saya beranjak ke Atas, menuju café Oregano; café dengan suasana nyaman dan sejuk, padahal di sutuh Imarah; sungguh unik peng-Ide-nya. Di sana bertemu rekan-rekan. Jam berapa pen-coblos-an(bukan pencontrengan) ditutup? Dan kenapa kok sampai sekarang belum dimulai penghitungan suara?, seketika itu aku bertanya ke temen-temen yang ada di sana. Pen-“Coblos”-an ditutup pukul 20.00 dan ndak tahu kok belum ada penghitungan “Suara”, tapi Panitia PPSU sedang rapat, g tahu rapat apa, begitu jawab rekanku dengan “Fasih”. Owh …, begitu responku.



Setelah rekan-rekan menikmati Petikan Gitar dan Lagu-lagu indah-romantis, maka, dan, setelah Agus Chudlori(Penjaga Café) selesai menulis semerta rekan Tobroni(ketua MPA 2008) membayar tulisan di kertas Mas Agus, kita turun dari Sutuh untuk melihat: penghitungan suara udah dimulai apa belum. Belum ternyata, meski sudah pukul 24.30 waktu kairo.



Aku menuju ke dalam Aula Wisma, semerta bersalaman dengan Fuad yang beralmamater Misykati, ‘mantan’ Pimpinan MPA 2008-2009 M., kenapa kok belum dimulai?(penghitung an Suara), tanyaku pada dia. SC, OC, KKP dan, bersama, Tim Sukses lagi rapat, begitu jawab rekan Fuad. Hah ….,masih “masih rapat”(?) jam Segini(24.30) . Berlanjut dengan beberapa pertanyaan: selesai jam berapa(penghitungan Suara), mang Problemnya akut tooo??(kok sampe rapat lama sekali(?)), perihal Pamlet “Capres-cawapres” yang menunjukkan kontak person PPSU 2009 tapi tak ada kontak person “Timses”—hanya ada alamat GMail dan wordpress—, dan nikmatnya diskusi berkait edisi interaktif Informatika serta lain-lain.





II

Selang Banyak menit— se-ingat-ku setelah 45 menit— rapat disudahi. Aku lega, penantian indah-busukku selesai. Friksi pun selesai, aku kira. Tidak, ternyata.



Mereka yang rapat lama tadi, ternyata tidak mempunyai kata sepakat. Apalagi mufakat. Karena kala penghitungan suara, Tim Sukses salah satu calon Hak-nya belum terpenuhi. Sekali lagi Hak, bukan kewajiban; apalagi Dosa. Aku Tanya apa itu: Daftar pemilih tetap(DPT) dan Rekapitulasi Pemilih; yang menurut Hemat saya, itu bisa diberikan-diketahui oleh semua Orang(Masisir) , apalagi Tim Sukses, sungguh. Dan itu tidak diberikan Panitia dengan dalih tentu bermacam-macam; tapi saya berdoa: semoga alasan yang diberikan (Panitia) masuk akal dan “tidak memangkas” Hak Kandidat dan warga Masisir, “meski aku tak tahu alasan pastinya” (semoga PPSU berani menulis dan mempublikasikan kepada khalayak, barangkali?)

Dengan mengingat lagi, melihat kembali Today’s dialogue(dialog (Politik) di Metro Tv), saya berkesimpulan: DPT, seperti yang saya tulis di Atas, itu adalah Hak setiap Warga Masisir, apalagi Kandidat untuk mengetahui; bahkan (harus) dikasih. Tak perlu meminta. Maka wajar jika kubu yang tidak diberikan Hak-nya mengadakan Aksi Protes—kemarin tidak ada perkelahian saja, saya sudah bersyukur banget, sungguh!!!



Dari Fakta-fakta yang saya temukan di lapangan, semerta mencoba berani untuk selalu mengambil konklusi, maka, meski saya bukan Tim Sukses-bukan Kandidat, maka saya ikut mereka yang Walk out beserta menyisakan pertanyaan di jiwa yang me-merah: apa sih susahnya memberikan itu (permintaan dari Tim Sukses)? Bukankah itu justru, jika diberikan, akan memberikan kredit poin yang bagus bagi Panitia PPSU 2009 sendiri. Karena akan ada Transparansi, saling percaya dan, meminjam Istilah I Gede Putu Artha, tidak ada dusta di antara kita. Sungguh?



Maka, berdasar dari fakta yang saya temui (semoga jika ada kekurangan bisa saling mengisi), suatu “kewajaran yang logis” jika ada (banyak) orang berasumsi: PPSU 2009 kurang terbuka. Tapi lepas dari itu, saya berharap, yang terjadi itu bukan yang diasumsikan tapi hanya kurang komunikatif antara Panitia dan “Pihak yang terugi”, semoga. Meski ini kecil kemungkinannya, karena tak mungkin se-Re-aktif itu jika hanya bersoal pada komunikasi, barangkali? Itu realita-logika yang saya simpulkan.



Aku pun pulang. Dengan sadar aku pulang, sungguh. Meski saya tidak akan mendapat “keuntungan materi” ketika saya menginjakkan kaki, dari pintu gerbang Wisma menuju Rumahku. Tapi tanggung jawab. Tanggung jawab karena saya telah melihat-mencari fakta-fakta dan saya telah menyimpulkan, maka saya harus melakukan konklusi itu; pulang. Meski, barangkali, akan banyak orang mengira saya termasuk kubu salah satu Tim-kandidat. Silahkan saja. Aku pulang dengan menggunakan taksi, bersama rekan Faizin(orang ganteng yang berambut Gondrong itu, juga pegiat Rumah Budaya Akar) dan Mas Mumu(salah satu pemain Biola di cafe Oregano kemarin malam), dan rekan Faizin yang membayar taksi, 10 Le kalau tidak salah.





III

Kalau saya boleh berharap: semoga kubu yang “terugi” menggunakan jalur birokratis-struktur al jika ada sengketa. Hal ini penting, mengingat pembelajaran Demokrasi harus selalu “berjalan menuju depan”, bukan sebaliknya. Maka konseskuensi logis, jika penanganan friksi ini hendaknya konstitusional. Sungguh, sebisa-mungkin konstitusional. Selain Tim Sukses-Kandidat terugi, tentu harus juga didukung pihak-pihak terkait yang mengitari konstitusi itu; KKP...., KKP..., KKP..., PPSU 2009..., Panitia PPSU 2009..., dan pihak-pihak (Non)Institusional.



Kalau boleh saya Berharap: KKP, semoga kepanjangannya masih: KOMISI KEHORMATAN PEMILU, Semoga masih itu, bukan yang lain, bekerja dengan Netral dan menindaklanjuti beberapa hal yang ter-membuat Friksi di Pemilu kali ini. Baik itu berbentuk kecurangan, kesengajaan dalam pemangkasan Hak, atau penggelembungan dengan berbagai Modus yang tentu tidak bisa di Tolerir. Yang saya maksud dengan terma Netral: bukan secara tidak sadar mendukung PPSU apalagi Kandidat, apalagi dilakukan dengan Sadar(berat sebelah). Tentu KKP juga hendaknya mengidentifikasi beberapa Friksi, bukan hanya “Tukang Pos” yang menerima Laporan, kemudian menyampaikan( laporan). Bahkan, jika serius ditemukan Bukti kecurangan, harus berani mengamputasi pihak yang mencurangi, meskipun kandidat yang Menang. Ya.., meski dia menang telak. Bahkan jika KKP berat sebelah, berani bertanggung jawab, semoga?



Kalau saya Boleh berharap: Panitia PPSU 2009 (harus) Transparan dan Objektif dalam mengambil sikap; apalagi keputusan. Itu harga Mati. Selain itu, juga harus ‘Konsisten’ kepada, “meski agak Mewah”, Kebenaran. Juga, bukan Tukang Pos, tapi lebih kepada Eksekutor yang sigap dan responsif terhadap hal-hal yang berkait dengan Pemilu ini kali; misal, berkait friksi kemarin. Kemudian, “langkah Legowo(dalam bahasa Indonesianya: lapang dada dan menerima kenyataan)” jika memang dalam beberapa sikap dan langkah Panitia PPSU 2009 ada sesuatu yang “janggal”, kemudian dinyatakan “salah”. Baik itu sedikit sikap(meski satu) maupun banyak Sikap-keputusan, Seketika itu, hendaknya, tak hanya Maaf tapi juga solusi yang bersifat Organisasi juga harus dikedepankan. Kalau bersifat Indvidu: tanpa meminta maaf pun sudah dimaafkan. Tapi secara Institusi-organisas i kepanitiaan itu lain, harus ada komunikasi aktif dua arah, serta penyelesaiannya pun juga (harus) bersifat konstitusional.



Kalau saya boleh berharap: kepada Kandidat, jika dikemudian hari(atau sekarang ini), terbukti anda mempunyai Friksi, atau ada Silap-salah antara kata-perbuatan- dan tindakan ketika kampanye dan realita kala memimpin, maka, secara Etika Politik(apalagi hukum normatif UUD PPMI), semoga mau mengundurkan diri Jabatan Presiden-wakil presiden PPMI dengan suka rela; tanpa harus “didongkel” Rakyat. Dan meminta maaf kepada Masisir. Semisal, Rizki (cawapres Rashid) yang dikuyo-kuyo sehingga menjadi bulan-bulanan di milis ini dalam beberapa waktu lamanya berkait status dia, TKI (untung tak ada yang salah nulis TKW) atau Mahasiswa, dan sekarang terbukti dia adalah mahasiswa dan masih ter-anggota di PPMI; bukan yang selama ini tertuduh kepada beliau. Begitu juga Syadid(cawapres Taufik) atau Taufik sendiri: berkait Problema Status kader partai; dan secara lugas diakui bahwa mereka bukan kader Partai—apapun partai politiknya: entah itu Partai Golkar, PDI Perjuangan, PKS, PKNU atau pun partai-partai Gurem. Jika terbukti sebaliknya, apalagi , barangkali, Utusan dari Indonesia, saya berharap: bersedia seperti yang saya Harap, mengundurkan diri dengan Suka-rela. Kalau tidak nanti, sekarang lebih baik, jika-mungkin. Dan pihak yang sebelumnya mendukung pun (hendaknya) legawa atas keputusan itu, semoga?



Kalau boleh saya berharap: Untuk PPMI ke depan, penguatan hal yang bersifat akademis intelektual, kajian reguler sebagai misal, harus tetep ditumbuh-kembangkan ; apalagi kampus al Qur’an. Lalu kenduri Kebersamaan yang bersifat plural dan untuk semua Golongan pun harus tetep ada. Kita sudah ada lomba Nasyid, baik lagi jika PPMI adakan Lomba Band. Pengkajian berkait Politik-keislaman kontemporer sudah, seketika lebih baik jika disertai “Rancang pikir” pengkajian lebih dalam tentang Turats yang kita(harus) jadikan ‘Pondasi’, dan relevansinya terhadap situasi Zaman. Ini penting: agar kita berjalan (tahu betul bahwa) di “atas tanah” dan mengerti “Langit-Matahari” itu ada di mana. Semerta program-program Pro-Masisir lain yang harus dilestarikan; Klinik Masisir dan cangkir wisma misalnya.





IV

Terakhir, tulisan saya ini saya tutup dengan memperkenalkan identitas diri saya. Bukan karena saya ingin Narsis, tapi karena saya sudah lama tidak ikut aktif di milis ini. Jadi takut banyak yang sudah lupa. Berikut identitas saya:



Nama lengkap saya : Ronny Giat Brahmanto;

Nama pena : Ronny El Zahro;

Terdaftar di Universitas al Azhar Kairo, Fakultas Usuluddin;

Roqm gulus saya : 13733;

No. HP/Rumah : +20107934068/ 24101509

Kekeluargaan : KSW;

No pasport : B 392696;

No pendidikan : 8476;

Visa berakhir : 28 November 2009;

Almt. Rumah : Bld. 389, No. 07, St. Ahmad Zumar mahathah Akhir madrasah Nasr City Cairo Egypt;

Dan, terakhir, No. Reg. Di PMIK: 1961.