Saturday, January 24, 2009

Potret Pelantikan Obama;
Jakarta-Woshington-Gaza


Barusan, saya, yang masih dalam keadaan “ber-pe-rang”, menyempatkan diri melihat Barometer Khusus—program ini, harusnya, disiarankan setiap Rabu malam dan ter-fokus pada pemilu 2009— untuk menyaksikan siaran langsung bertepatan dengan pelantikan Presiden terpilih Amerika Serikat, Barack Husein Obama; dengan tema “Obama dan Gaza”. Dalam acara ini, tentu bukan secara khusus hanya bersibuki dengan hal-hal yang mencekam, histeris dan, barangkali, sedikit “dramatis”, tapi diselimuti romantisme situasi-kondisi, pelajaran, inspirasi dan, mungkin juga, pendewasaan ber-demokrasi bagi dunia; khususnya Indonesia. Acara dihadiri oleh Bambang Harimurti(wartawan senior Tempo) dan Azumardy Azra(cendikiawan Muslim), dan dipandu secara langsung oleh Rieke Amru(reporter SCTV).

Pelantikan Obama tentu punya arti penting tersendiri bagi Amerika dan Masyarakat Dunia: Negara-negara sahabat, Uni Eropa, Cina, Jepang dan Asia tenggara; khususnya perdamaian di Timur tengah. Menyeru perubahan (change) di Rakyat Amerika sendiri dan sikap politik luar negeri-nya yang lain: mengedapankan sisi kemanusiaan dengan menempuh langkah dialog, kompromi dan saling menghargai satu sama lain, bukan sebaliknya. Ini yang merupakan janji dan kampanye Obama untuk pemilihan presiden Amerika pada 04 November 2008 kemarin. Lain sisi, situasi paling mutakhir dalam konstelasi politik Internasional: perang (serangan) Israel-Hamas (Palestina), rakyat dunia (khususnya umat Islam) sangat menunggu respon simpatik-kemanusian dari presiden ke-44 AS; baik secara jelas-lugas maupun sedikit samar dengan “dibalut” slogan kata yang bersifat global; Mengingat selama perang(serangan) sampai sekarang, gencatan senjata, Obama lebih memilih langkah “selamat”(diam).

Merespon pelantikan ini dan isu perubahan yang digembar-gemborkan Obama, bapak Harimurti dan Azumaridy Azra, meng-iya-kan dengan penuh Antusias-optimis.” Amerika akan berubah, bagi dunia ada wajah baru di Amerika dengan terpilihnya Berry(panggilan akrab Obama). Menghapus era sebelumnya(Bush), dan kemudian, minimal, kembali kepada era sebelumnya. Di tambah(tegas bapak Azumardy) latar belakang perjalanan hidup Obama sendiri: lebih multi kultural. Semoga mengganti mimpi buruk masyarakat Internasional di hari depan menjadi sebaliknya: perubahan yang lebih baik”. Kata mereka berdua sebelum pelantikan dan pidato pertama presiden terpilih.


AS Antusias, Gaza Lesu

Jalur Gaza, hari ini ketika dunia Gegap gembita menyambut pelantikan Barack Obama, tentu sangat berbeda atau bahkan kontras dengan berbagai belaan dunia lainnya. Gaza masih meratapi sedih, mengais-ngais berbagai bahan makanan dan barang-barang yang bisa digunakan. Sampai saat ini tercatat, sedikitnya korban jiwa 1300 lebih meninggal dunia: 400 dari mereka anak-anak, 100 perempuan , dan lebih dari 5000 orang luka-luka. Sedang untuk infrastruktur, dalam catatan PBB, ada lebih dari 5000 bangunan: 4100 rumah hancur lebur-total, sementara 20.000 lebih rumah rusak, hal ini, entah, karena getaran atau serpihan bom. Dan, 21 fasilitas medis juga hancur total. Tak tahu kata apa yang bisa mewakili tragedi kemanusiaan ini; sedih, pilu dan menyayat hati. Mungkin?
Titik baik baru terasa setelah 22 hari perang(serangan) Israel-Palestina(Hamas):gencatan senjata secara sepihak dilakukan oleh Israel. Kondisi ini direspon secara positif antusias oleh masyarakat palestina yang di Gaza dan Hamas: menerima gencatan senjata dengan syarat, yaitu Israel dalam waktu seminggu harus menarik pasukan dari Gaza, kalau tidak perang jilid II akan pecah. Tak ayal, Israel sejak kemarin menarik pasukan dari Gaza, khususnya pasukan darat. Namun sebelumnya, Israel juga melempar-jatuhkan Bom ‘pretisi’—bom khusus yang berfungsi untuk menembus ruang bawah tanah, yang di-transfer langsung dari amerika; dan hanya amerika yang punya senjata paling mutakhir ini— guna, ketika dia kembali ke Israel, memastikan bahwa seluruh trowongan(Ruang bawah tanah) yang di klaim sebagai tempat penyelundupan(dari Mesir ke Gaza) dan bersembunyi Hamas hancur.Minimal Rusak!
Seklumit pertanyaan menggelitik muncul: apakah ini(gencatana senjata) hanya dalam beberapa waktu saja, 7-10? Atau, akan berlangsung dalam ruang-waktu yang lama?
Merespon ini, Bambang H, menyatakan, Hamas mensyaratkan pasukan Isreal mundur. Sedang dari kemarin pasukan sudah mulain muncur, meski belum seluruh-nya. Maka, semoga titik terang ini bisa berlangsung dalam jangka waktu lama; akhirnya tragedi tidak ada lagi. Rakyat palestina dan Israel bisa berdampingan dengan damai dan saling menghormati. Di tambah, Azumardi azra, dengan langkah konkrit kebijakan Amerika, barack Obama. Karena Amerika adalah Faktor penentu solusi damai di sana. Kita tidak bisa banyak berharap pada Arab; mereka sudah terpecah. Terbukti ada KTT Kwait, Mesir juga ingin mengambil langkah sendiri, Arab saudi apalagi? Maka, satu-satu-nya solusi konkrit, efektif dan jitu: langkah konkrti positif dari Amerika.
Sedang, gegap-gempita presiden terpilih, Barack Husein Obama, disambut antusias oleh setengah juga manusia Amerika ketika menghadiri konser musik guna menyambut acara pelantikannya, Lincoln Memorian. Sambutannya, sekali lagi, tetap: bahwa di hari depan Amerika akan mengalami keadaan yang sulit dan menentukan dalam kurun waktu yang tak sebentar. Karena itu, berharap Rakyat Amerika ber-segera bersatu-padu, saling mengerti dan bersabar dalam menghadapi kondisi itu. Setelah itu dia bersama keluarga larut menikamati sajian yang menampilkan tokoh-tokoh terkenal: U2(vokalis Bruno), Bruce springten, Bon jovi; bukan hanya musisi yang berkesempatan hadir tapi juga para aktor-aktris. Salah satunya, Denzel woshington, yang juga ikut andil dalam memberikan sambutan. “seperti Bapak Obama katakan, Negara Amerika tidak terbagi dalam dua kubu: merah dan biru(Republik dan Demokrat), melainkan bersatu sebagai Amerika serikat. Maka sudah selayaknya kita mengawali perayaan ini dengan satu kata:”kita adalah satu”, kata Denzel.
Syahdan, suasana gempita itu, menerima beragam pandangan, tapi ini wajar, dari masyarakat dunia: khususnya Arab dan Indonesia. Untuk masyarakat arab di bawah, sebagian besar menganggap sesuatu yang biasa. Mereka berargumen: siapa pun presiden terpilih Amerika tidak ada bedanya. Apalagi terkait Palestina-Israel. Mereka tidak akan bisa lari dari lobi Israel. Bahkan ada yang apatis: Amerika dan Israel itu adalah satu (?)Sedang untuk media massa Arab, menyambut Optimis, karena melihat, semisal, latar belakang kehidupan Obama. Bapak dia seorang Muslim, bapak tiri-nya begitu juga. Apalagi ditambah di tengah nama dia ada kata”Husein”; maka hal ini akan memberi ruang untuk berdialog dengan prinsip yang saling menghargai, dan tentu itu poin tersendiri dia lebih diterima kyalayak Arab dibanding presiden sebelumnya. Meskipun, pada bulan juni 2008, dia dituduh tidak mempunyai simpati pada palestina karena ketika berkunjung Israel selatan—tempat di mana roket hamas sering bersarang-jatuh dan mengena warga sipil israel—, bertepatan dengan agresi militer ke Gaza, berkata: “ jika saya dan kedua putri saya sedang tidur lelap lalu tiba-tiba ada roket yang meluncur ke rumah saya, maka saya akan melakukan apapun untuk melawan itu” , kata dia. Tapi, menurut Harimurti, teks itu tidak hanya berlaku untuk Israel, tapi juga Palestina. Karena yang diroket itu bukan hanya Israel, begitu juga Palestina.
Untuk Indonesia, karena, mungkin, ada segi emosional yang sangat lekat-erat tak ayal jika hampir mayoritas masyarakat Indonesia Antusias menyambut Ini. Terbukti SD Obama menggelar Nonton Bareng Pelantikan Obama; dengan mantan gurunya menjelaskan sisi-sisi dia ketika di Sekolah dulu. Ini juga terjadi diberbagai daerah, semisal, di Hotel Mariot. Bahkan di rumah penulis. Dikuatkan juga, dengan janji dia, dalam waktu seratus hari, dia akan berkunjung ke Indonesia guna ber-nos-tal-gia dengan Nasi Goreng, bakso dan Rambutan.
Terkait pembelajaran ber-de-mo-krasi Amerika bagi Indonesia: sikap legowo menerima kekalahan. Jadi meskipun kalah dalam pemilu tapi bukan berarti “harus putus” dalam hubungan baik di antara mereka. Kemudian, sama-sama merayakan demokrasi secara bersama-sama, baik dalam rangka membangun negara: secara kultural maupun struktural, dan melupakan pengalaman-pengalaman pahit selama kampanye dan pemilu. Ini merupakan pelajaran baik dalam ber-De-mo-krasi.
Terbukti, dengan, hadirnya, John Mc (yang merupakan lawan Obama dalam pemilu AS), Hilary Clinton(lawan dalam konvensi Partai demokrat sebagai calon Presiden), bahkan dia bersedia diangkat untuk menjadi Menteri Luar Negeri untuk bersama-sama membangun-menyejahterakan AS. Juga, kalau kita teliti dalam pidato Obama dan statment-statment dia, tidak pernah menyinggung dengan jelas-lugas kesalahan-kesalahan pemerintahan sebelumnya; tapi semua disampaikan dengan pola komunikasi “tingkat tinggi”: sangat baik dan jitu.

Lain pihak, juga, memberikan contoh yang baik sebagai negarawani: dengan menghadiri pelantikan presiden terpilih dengan antusias dan tanpa memperlihatkan wajah musam-cemberut. Sebagai tradisi, turut hadir-menyaksikan: mantan presiden AS dan pejabat negara, seperti Jimmy Carter, George HW Bush(senior), George W bush (Junior) dan Bill Clinton. Belum lagi, antusiasme warga Amerika yang menghadiri pelantikan mencapai 3-4 juta jiwa tumpek brek dalam satu tempat dan menyesaki beberapa kilo meter dari Capitol Hill, Woshington yang ingin menjadi bagian dariperistiwa bersejarah ini. Tak ayal, pengamanan super ketat, dengan menurunkan 10.000 petugas keamanan, dari yang ber-baju preman sampai Inteljen; FBI.

Suasana ini belum tercermin seratus persen di Indonesia. Yang kalah masih Drengki. Ada yang “menusuk dari belakang”. Di undang upacara kemerdekaan tak kunjung kelihatan batang hidung-nya. Terus me-nya-lah-kan tanpa memberi solusi. Atau sebaliknya, sedikit baik, di-elu-elu-kan setinggi langit se-olah bagai Ratu adil. Sedikit bersih, dibersih-bersihkan se-suci malaikat dan masuk surga bagai “Mati Syahid”. Sungguh saya kok kadang bertanya; demokrasi apa di Indonesia? Tapi, untuk, menenangkan hati dan biar tidak stress, saya berucap: mungkin, masih dalam proses. Masih berjalan. Jalan kita masih panjang. Barangkali?
Obama; Sempat Lupa dan Seklumit Tidak Puas
“Saya, Barack Husein Obama, sungguh-sungguh bersumpah bahwa akan setia menjalankan tugas sebagai Presiden Amerika Serikat dan akan melestarikan, melindungi, dan mempertahankan konstitusi AS”. Amerika telah menapaki jejak baru, barangkali, “lompatan besar” ke depan dalam percaturan dunia Internasional setelah, dengan simbol, dilantiknya Barack Husein Obama, pada selasa(20/1) pada pukul 12 siang waktu setempat , atau rabu tengah malam WIB.
Wakil Presiden, Joe Bidden, telah usai di ambil sumpah. Sedang, seraya terkejut, Obama mengulangi sumpah jabatan, akibat demam panggung, yang diucapkan Mahkamah Agung, John Robert, dan menumpangkan tangan kiri di atas Injil—injil ini yang dipakai Abraham lincoln, kemudian disimpan dalam museum; baru dipakai saat Obama diambil sumpah— yang digunakan saat pelantikannya dan sambil melempar senyum melirik ke istrinya.
Dalam pidato pertama kalinya dalam kurun waktu kurang lebih 20 menit, Obama menekankan digdaya-nya Amerika dan mengembalikan kepercayaan dunia terhadap AS, ditengah Krisis global ekonomi dan konflik perang di luar negeri. Maka, seperti yang saya tulis di atas, diperlukan memperatkan genggaman tangan antara satu sama lain, bersegera bangkit. Bersama kita bisa. Lain sisi, dia menggugah hati-naluri rakyat Amerika dengan memberi ingat pada jasa-jasa para pahlawan. Pentingnya nilai-nilai yang dulu membangkitkan Amerika dari keterpurukan, semisal; patriotisme. Maka, mari kita buat kembali Amerika.
Diawali dengan membangkitkan optimisme Rakyat, dilanjut dengan mengatakan: menegakkan Idealisme dan mempertahankan keamanan Nasional suatu negara itu harus berlawanan, hal ini sangat ditentang oleh Obama; penjara Guantanamo harus dibuka suatu keniscayaan. Apalagi, dalam pemerintahan ke depan, sisi kemanusiaan yang akan diprioritaskan.
Kita adalah bangsa yang penganut, kristen, Islam, yahudi, serta Atheis. Dengan latar belakang masyarakat yang ber-agama plural,mungkin, dia ingin mempertegas bahwa berbeda itu bukan berarti tidak bisa bersatu. Berbeda itu bukan berarti harus perang, melempar Bom, roket atau yang lain(yang buruk-buruk) dan minoritas itu tidak harus di bumi-hangus-leburkan secara total; apalagi dengan fisik. Namun, justru, perbedaan adalah kekuatan tersendiri untuk bisa lebih erat tali persatuan. Hal ini, diperkuat-pertegas dia merupakan presiden Amerika serikat yang pertama berkulit hitam.
Sedang dalam percaturan di dunia Internasional, seperti yang sebelumnya ia janjikan, Obama akan mengembangkan cara pandang baru untuk bersahabat dengan negara-negara luar; khususnya Timur tengah dan dunia Islam, berdasar persamaan persepsi dan prinsip saling menghargai. Dengan lebih persuasif-dialogis dengan, sekali lagi, memprioritaskan kemanusiaan dan ramah lingkungan ini akan menjadi prinsip Amerika ke depan. Konkritnya, Ia akan menyerahkan tanggung jawab Irak kepada Rakyatnya, dan berusaha membantu perdamaian di Afghanistan. Bersama negara-negara sahabat, tanpa lelah akan meminimalisir ancaman nuklir dan pemanasan global.
Namun, yang perlu sedikit catatan, dia tidak menyebutkan secara jelas lugas isu internasional yang paling mutakhir: perang Israel-Palestina(Hamas). Hanya secara samar berucap: bagi yang berupaya mencapai tujuan dengan melancarkan teror dan membantai warga tak berdosa(rakyat sipil), akan kita lawan dan kalahkan. Bagi para pemimpin Dunia yang gemar menabur konflik atau saling menyalahkan satu sama lain atas masalah yang terjadi pada masyarakatnya, ketahuilah bahwa rakyat anda menilai anda daripada apa yang mampu anda bangun, bukan dari apa yang anda hancurkan. Dan,bagi mereka yang menempati tampuk kekuasaan melalui korupsi dan kecurangan, mereka berada pada sisi salah dalam sejarah, namun AS bersedia membantu ke jalan yang benar, jika bersedia membuka “kepalan tangan”, dan saling menghormati.
Menyikapi hal ini(tidak menyebut lugas terkait konflik Israel-Palestina(Hamas)), Azumardy Azra, berasa kecewa. Karena semua pidato Obama tidak menyinggung itu. Satu kalimat pun tidak. Lain hal, B. Harimurti, sedikit mempunyai catatan, meski tidak sebut secara lugas-jelas, tapi secara global sudah. Tapi Harimurti bersepakat, bagi orang yang menginginkan situasi damai di Timur tengah khususnya Gaza, ini sedikit mengecewakan. Memang, azumardy, jangan over optimistic pada Obama karena pidato Obama yang membuat orang diselilingnya, tapi juga jangan sebaliknya, izinkan dia bekerja dulu.
Terkait, hubungan Amerika dengan Dunia Islam, baik Harimurti dan Azumardy sepakat, memang dalam membangun hubungan dengan Prinsip saling menghormati dan menghargai. Kemudian mengkritik para pemimpin-pemimpin Arab dan memang, sebenarnya, salah satu akibat fatal konflik di Israel-Palestina memang dari para pemimpin Arab sendiri. Dalam bahasa Obama, mereka berada pada sisi sejarah yang salah. Dengan memberi contoh: tahun 60-an orang kulit hitam ke restoran itu tidak akan dilayani, sekarang?! Dalam hal ini, menurut saya, semua kebencian Ini bisa di-ter-atasi. Maka semangat Optimisme dan energi positif itu harus tinggi serta selalu dimunculkan.

----- ### ------
Itulah sedikit-seklumit potret pelantikan Obama. Kita semua, warga Internasional akan selalu menunggu langkah konkrit Amerika; bersama Obama.semua berharap, khususny penulis, semua janji kampanye, orasi dan pidato Obama semalem bukan menjadi Isapan jempol semata. Bisa merubah cara pandang dunia, khususnya dunia Muslim, untuk lebih bersahabat. Minimal kembali sebelum Bush.
Konflik di Gaza, mungkin, perlu penanganan yang Ekstra dan ber-se-ge-ra. Termasuk Obama memang merupakan salah satu faktor penentu perdamaian di sana. Namun, lebih daripada itu, warga-pemimpin dan internal pemimpin kedua negara (Israel an palestina) memang, perlu kesadaran untuk saling menghormati dan hidup dua belah negara dengan mesra; ini menurut penulis yang paling penting. Faktor penentu kedua setelah Obama. Dilihat sekilas mudah-manis, tapi begitu susah bukan untuk menerjemahkan dalam langkah nyata?

No comments: