Monday, March 9, 2009

Berkait Plagiator


Ada Plagiator, Aku Curhat(?);
Seklumit coretan dari “aku”

Barusan, saya membaca beberapa tulisan: minimal tiga tulisan. Kurang lebih, dalam tulisan itu tertera beberapa hal yang kiranya mengharuskan ‘aku’ meng-kerinyit-kan kepala berkait topik-isi tulisan: kurang lebih tentang plagiasi. Plagiasi di sini, sesuai yang saya baca dalam tulisan itu, bukan ide, bukan kutipan lalu di beri rujukan, bukan pula berkait tentang judul. Tapi plagiasi bersifat “copy paste” hampir 90
% tulisan. Dua tulisan selanjutnya, berkait tang-ga-pan dan re-aksi “pasrah diri”. Pasrah, lalu meminta maaf. Salut.

Dulu, ketika saya baru di up-grading di Afkar sekitar tahun 2006, ada salah satu presentator membahas berkait tentang itu. Mas Aang Asy`ari namanya: dia yang memaparkan berkait kelindan tentang plagiasi. Kala itu, saya yang baru datang ke sini, di negeri ini (red: Mesir) belum tahu bagaimana baiknya menulis(?) bagaimana harusnya bersikap dalam hal berkait tentang tulisan(?) dan, bahkan, belum tahu dan belum pernah menulis. Apa itu menulis(?), diberi materi tentang itu yang menurut hemat saya bukanlah tema yang ringan. Namun, saya berusaha mengikuti. Di presentasi itu, mas Aang berpendapat, untuk penulis baik-layaknya menjauhi sejauh mungkin apa yang disebut plagiasi. Itu kejahatan terbesar berkait tentang tulis-menulis. Lalu, penulis sangat dituntut untuk itu. Maka, kala menulis beberapa kali kita mengkutip, baiknya, jangan sampai melupakan untuk menyertakan rujukannya. Ini bagian dari proses kita untuk lebih baik dalam hal tulis-menulis, di samping kejujuran intelektual berperan di sini. Itu waktu, saya yang masih ‘culun’, manggut-mangut saja. Hanya meng-iyakan. Barangkali(?)

Sedang, di tahun 2007 M., saat Afkarian juga up-grading—angkatan 2007-2008 M—, kak Mawhib juga sempat membahas tentang plagiasi. Kata kak Muhib, sebagai penulis plagiasi hal yang paling buruk untuk dilakukan. Di samping “mematikan” akal, itu juga bisa di sebut “penjahat” Intelektual. Sedang dalam ber-proses, kita selayaknya untuk tidak mendekat dengan kata itu. Apalagi melakukan.

Plagiasi pun, masih kata kak Muhib, ada beberapa corak. Dia mencoba meng-elaborasi dari tulisan-tulisan beberapa Wartawan-penulis handal salah satunya adalah Farid Gaban—wartawan senior yang pernah “nongkrong” di tempo— yaitu, mulai dari plagiasi yang hanya berbentuk Kutipan tanpa data yang dirujuk sampai plagiasi yang bersifat Ide. Model kutipan mungkin sudah ‘mafhum’ kalayak, tapi pola plagiasi Ide ini yang kadng kala dikesampingkan. Misal, saya sedikit mencontohkan, kak Muhib kemarin bilang:” Ron, aku mau nulis tentang ‘A’ dan saya mau kirim ke media ni h, kamu punya tambahan Apa tidak? Saya menjawab. Tapi kemudian saya juga menulis tentang “A” juga dan saya kirim ke media juga—meski beda media—, itu pun, kata Farid Gaban juga di-Amini oleh Kak Mawhib: termasuk plagiasi. Tapi hanya dalam ide, meski masih belum ada ke-bersepakatan dalam hal ini. Sala tidaknya belum jelas. Menurut kak Mawhib, Justru ini yang menjadi puncak Plagiasi. Fatal sekali. Itu katanya, mungkin(?)

Di milis, minimal yang saya ikuti, ini hal juga menjadi ‘barang’ sensitif. Dari penulis kroco, sampai penulis senior-kawakan. Setidaknya saya juga menemui kasus ini: juga di tiga kasus di Milis. Di Jurnalisme, Kmnu 2000 dan, sekarang, barangkali, di PMIK; milis, yang katanya, terbesar di Kairo-Masisir. Meski belum ada “survey” tentang ini, hanya asumsi bersama saja.

Pola bersikap dari beberapa Milis itu pun ber-beda. Di Jurnalisme sang plagiator dikeluarkan dari milis. Di Kmnu 2000 hanya dihujat habis-habisan: mulai dihakimi yang bersifat halus-kasar, sampai dicari tahu dari mana dia menulis, tulisan apa aja yang di plagiat. Juga tidak berhenti di milis. Bahkan, sampai di Multiply-blog-nya pun di selidiki: apakah tulisan ada tulisan yang diplagiat di sana? Celaka-hancurnya, sang penulis yang tulisannya di plagiat juga ikut dan aktif di milis itu. Di KMNU 2000. Sedang untuk Di PMIK belum tahu(?) sepertinya ‘member’ milis ini juga belum banyak yang mempermasalahkan. Atau memang tidak dipermasalahkan.

Kalau saya boleh berpendapat, kita harus bersepakat: plagiasi adalah hal jahat. Harus kita kutuk itu. Tapi, selain kita memberikan “catatan”, memberi nilai merah akan hal itu, baik-layaknya kita juga memberikan solusi-solusi; meski saya bukanlah penulis handal-populer-terkenal. Khususnya untuk penulis pemula seperti saya ini. Sedang untuk solusi, penulis awal layaknya betul-betul memahami tata-cara pengutipan: pemakaian ‘in-note’, ‘end-note’ ataukah, hanya, barangkali, pakai ‘foot-note’, atau barangkali, kutipan langsung-tak langsung. Beserta hal teknis berkait tentang itu. Semisal, problem penulisan Kutipan, catatan kaki, dafar Pustaka (kalau mau menulis Buku) dan beberapa cara tentang metode yang disepakati—karena setiap kelompok-penerbit punya juklak sendiri-sendiri, meski ada kebersepakatan secara umum-massif.

Alfien Qorrina, rekan perempuan saya( mahasiswa UGM jogja semester akhir), yang kini sedang menulis tentang “Pasal Global dan Krisis Finansial”, kata dia ketika chating pada saya: menulis skripsi itu tidak memakai Foot-note. Tapi ketika presentasi skripsi, bimbingan pada dosen, lalu ketika mengajukan tulisan, di situlah kita dituntut kejujuran intelektualnya. Karena semua rujukan, di bawa dan harus sanggup untuk membuktikan: bahwa kita tidak ada kutipan tanpa rujukan, alias tidak ada plagiasi.

Maka, kembali berkait PMIK, kalau memang sudah ada comment meminta maaf ya…, dimaafkan. Tapi, sedikit ‘catatan’ kesungguhan serta komitmen untuk tidak mengulangi lagi itu sangat penting. Salut juga apresiasi buat Rekan Irwan yang bersedia capek untuk mengecek tulisan tak ketinggalan menegur pun dengan baik-hati. Tidak re-aksioner lalu gagah berani mem-‘perkosa’ kesalahan sang plagiator. Sungguh arif rekan saya ini.

Untuk moderator, saya ikut mendukung “sedikit catatan” dari rekan Irwan yang ditujukan kepada Moderator. Dan saya juga meminta, jika memang “member” telah mengakui diharap jangan dikeluarkan dari milis seperti di milis Jurnalisme. Mungkin, di Forum Pembaca Kompas Juga. Dan bagi “member” lain kita jadikan ini bagian dari sejarah. Hanya proses sejarah. Sekian, mungkin?

Tulisan di atas: refleksi dari rekan milis.di Milis PMIK KAiro. Berkait kasus plagiasi.

No comments: